Klasifikasi
Pitoyo (2004) menjelaskan bahwa Artemia terdiri dari beberapa strain, antara lain:
- Artemia monica : California – USA
- Artemia salina : Lymington
- Artemia tunisiana : Eropah
- Artemia franciscana : Amerika
- Artemia persimialis : Argentina
Sedangkan klasifikasi Artemia sp. menurut Bougis (1979) dalam Kurniastuty dan Isnansetyo (1995) adalah sebagai berikut:
Morfologi
Cyst Artemia sp. yang ditetaskan pada salinity 15-35 ppt akan menetas dalam waktu 24-36 jam. Larva artemia yang baru menetas dikenal dengan nauplius. Nauplius dalam pertumbuhannya mengalami 15 kali perubahan bentuk, masing-masing perubahan merupakan satu tingkatan yang disebut instar (Pitoyo, 2004)
Pertama kali menetas larva artemia disebut Instar I.
Nauplius stadia I (Instar I) ukuran 400 mikron, lebar 170 mikron dan berat 15 mikrongram, berwarna orange kecoklatan. Setelah 24 jam menetas, naupli akan berubah menjadi Instar II, Gnatobasen sudah berbulu, bermulut, terdapat saluran pencernakan dan dubur. Perumbuhann selanjutnya, pada kanan dan kiri mata nauplius terbentuk sepasang mata majemuk. Bahagian samping badannya mulai tumbuh tunas-tunas kaki, setelah instar XV kakinya sudah lengkap sebanyak 11 pasang. Nauplius menjadi artemia dewasa (Proses instar I-XV) antara 1-3 minggu (Mukti, 2004). Pada tiap tahap perubahan instar nauplius mengalami moulting. Artemia dewasa memiliki panjang 8-10 mm ditandai dengan jelas tangkai mata pada kedua sisi bagian kepala, antena berfungsi untuk sensor. Pada jenis jantan antena berubah menjadi alat penyepit (muscular grasper), sepasang penis terdapat pada bagian belakang tubuh. Pada jenis betina antena mengalami penyusutan.
Ekologi
Artemia sp. secara umum nya tumbuh dengan baik pada kisaran suhu 25-30 º C . Cysts artemia kering boleh bertahan pada suhu -273 hingga 100 º C. Artemia dapat ditemui di danau dengan kadar garam yang tinggi, dienali dengan nama brain shrimp. Kultur biomas artemia yang baik pada kadar garam 30-50 ppt. Untuk artemia yang mampu menghasilkan cyst memerlukan kadar garam diatas 100 ppt (Kurniastuty dan Isnansetyo, 1995).
Reproduksi
Chumaidi et al., (1990) menyatakan bahwa perkembang biakan artemia ada dua cara, yakni partenhogenesis dan biseksual. Pada artemia yang termasuk jenis parthenogenesis populasinya terdiri dari betina semua yang dapat membentuk telur dan embrio berkembang dari telur yang tidak ditetas. Sedangkan pada artemia jenis biseksual, populasinya terdiri dari jantan dan betina yang berkembang melalui perkawinan dan embrio berkembang dari telur yang ditetas.
Penetasan cysts Artemia
Cyst atau telor artemia adalah sangat keras bagi membolehkan nya bertahan kepada semua keadaan cuaca dan tidak dapat di hadam oleh kebanyakan hidupan.Cenkerang Cyst yang telah menetas juga adalah bahaya kepada rega rega ikan kerana boleh membuat rega rega ini tercekik atau melukakan perut rega rega ini.
Sutaman (1993) mengatakan bahwa penetasan cysts artemia dapat dilakukan dengan 2 cara, yaitu penetasan langsung dan penetasan dengan cara dekapsulasi. Cara dekapsulasi dilakukan dengan mengupas bahaian luar cysts menggunakan larutan hipoklorit tanpa mempengaruhi kehidupan embrio ini.
Cara dekapsulasi merupakan cara yang jarang digunakan untuk penetasan artemia , namun untuk meningkatkan kadar penetasan dan menghilangkan penyakit yang dibawa oleh cyts artemia cara dekapsulasi lebih baik digunakan (Pramudjo dan Sofiati, 2004).
Cara penetasan
Peralatan yang di perlukan.
1.Bekas penetasan,boleh di buat sendiri dengan menguna bekas air mineral atau botol lutsinar yang sesuai
2.Bekas decapsulation ( jar 2 liter)
3.Aerator ,
4.Hose angin.
5.Penapis yang sesuai ( 120 -150 micron).
6.Bahan Bahan
a.Clorox
b.Cuka
c.Garam
d.Calcium Carbonate
7.lampu ( 2000 lux)
8.Penyukat garam
9.penyukat pH
Penyediaan Bekas penetasan.
Step 1
1.Sediakan bekas penetasan,sila ikuti kadar kemasinan yang di syorkan pada bekas artemia ini, contoh 30 ppt bermakna 30 gram garam bagi setiap 1 liter air.Kepadatan skala kecil ,kurang dari bekas 20liter ,5 gram artemia bagi setiap liter air.skala besar 2 gram artemia bagi 1 liter air.
2. Pasang aeration,sehingga semua garam larut,jangan guna airstone,hanya hose sahaja.
3.Masukan calcium carbonate sedikit sedikit sehingga pH mencapai 8 -8.5.
4.Pasang Lampu.
1.Aerator
2.Bekas Penetasan
3.Lampu.
4.Injap Buang
Step 2.
Decapsulation
1.Tandakan paras 3 oz dan 5 oz di jar.
2.Masukan air sehingga paras 3 oz ( air paip di galakan)
3.Pasang aerator –tidak terlampau kuat dan jangan gunakan air stone ,hanya hose sahaja agar air ber ombak, tapi tidak berbuih.
4.Masukan kan artemia cyst – satu sudu
5.Biarkan selama 1 jam.
Step 3
1.Masukan clorox sehingga sukatan mencapai paras 5 oz.
* ratio air/clorox, 1 bahagian air, 2/3 bahagian clorox
2.Pasang aeration selama 5 min ( maksima jangan lebih dari 15 min).
3.Keluarkan cyst ini kedalam penapis ( 120 micron) dan bilas dengan air ( air paip di galakan)
4.Rendam semula cyst ini dengan campuran cuka ( 1 cawan) selama 1 min untuk menghilang kan clorox.
5. Bilas sekali lagi sehingga bersih.
Step 4.
1.Masukan artemia ini kedalam bekas penetasan,Pereksa suhu antara 28 – 30 º C ,biarkan sehingga 18 hingga 24 jam,kawalan suhu boleh di buat dengan membuka dan menutup suis lampu, suhu maksima 33 º C.
Step 5.
Penuaian.
1.Matikan lampu,dan tutup bekas penetasan di sebelah atas agar cahaya tidak dapat memasuki bekas ini.
2.Suloh sama ada dengan lampu suloh atau lampu yang sesuai di bawah bekas ini sehingga semua artemia yang menetas berkumpul di bawa bekas ini.Siphon atau buka injap yang disediakan untuk keluarkan artemia naupli ini.Pemerhatian harus di buat hanya naupli saha yang di keluarkan bukan cenkerang cyst atau lain lain kotoran.
Pemerhatian perlu dilakukan dengan cara mematikan aerator untuk memisahkan cysts yang tidak menetas dengan naupli artemia.
Pramudjo dan Sofiati (2004) cyst hasil dekapsulasi dapat segera digunakan (ditetaskan) atau disimpan dalam suhu 0 derajat celcius – (- 4 derajat celcius) .
Dalam kaitannya dengan proses penetasan Chumaidi et al (1990) mengatakan cyst setelah dimasukan ke dalam air laut (5-70 ppt) akan mengalami hidrasi berbentuk bulat dan di dalamnya terjadi metabolisme embrio yang aktif, sekitar 24 jam kemudian cenkerang cyst pecah dan muncul embrio yang masih dibungkus dengan selaput. Pada saat ini embrio ini perlu di beri makan segera kepada benih benih rega supaya nilai nutrisi yang ada tidak hilang. Selepas 24 jam menetas berat dan kadar kalorie nauplii ini boleh berkurangan sehingga 25 % dari berat asal.
Pengayaan Artemia
Kebanyakan strain artemia mengandungi ratio tenaga/protin yang rendah,Pengayaan (enrichment) artemia dengan menggunakan beberapa jenis pengaya misalnya scout emultion, selco atau vitamin C dan B kompleks powder dilakukan selama 2 jam (Suriawan,2004).
Subyakto dan Cahyaningsih (2003) menyakan bahwa pengayaan boleh di buat menggunakan minyak ikan, minyak cumi-cumi, vitamin atau pun produk komersial lainnya dalam waktu 2-4 jam untuk mendapatkan hasil yang baik. Artemia yang akan dilakukan pengayaan adalah yang baru menetas (nauplius) (Mukti, 2004).
BBAP Situbondo (2004) mencatat bahwa pemberian tambahan vitamin C dengan cara pengayaan dengan dos 0,1 – 0,5 ppm pada media pengayaan artemia dapat meningkatkan kadar hidup dan pertumbuhan larva kerapu. Syaprizal (2006) juga memperoleh hasil dengan pengayaan vitamin C sebanyak 2 mg/l ke artemia dapat meningkatkan kadar hidup benih udang harimau.